asus pengaturan skor di kompetisi sepak bola Tanah Air mulai terbongkar.
Kasus pengaturan skor atau yang biasa dikenal dengan istilah mafia bola ini pertama kali dibongkar oleh Manajer Madura FC, Januar Herwanto dalam wawancara dengan Mata Najwa di Trans 7, Rabu 28 November 2018.
Dalam wawancara itu, Januar menyebut nama anggota Exco PSSI, Hidayat menawarinya uang agar Madura FC mengalah atas PSS Sleman di babak delapan besar Liga 2 2018.
Dilansir dari bola.com (30/11/2018), kali ini kasus dugaan pengaturan skor kembali datang dari kompetisi Liga 3 2018. Dalam kasus ini, ada nama Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono ikut terseret.
Kali ini, kasus dugaan pengaturan skor Liga 3 2018 datang dari PS Ngada NTT yang menjadi whistleblower. Tentunya kasus ini kembali mencoreng kepengurusan PSSI di bawah kepemimpinan Edy Rahmayadi.
Buktinya, pelatih PS Ngada, Kletus Marselinus Gabhe mengungkapkan, jika pihaknya ditawari manajer Persekam Metro FC, Bambang Suryo patungan masing-masing Rp 100 juta guna meloloskan klubnya ke babak perdelapan final16 Liga 3 2018, yang berstatus turnamen amatir.
Marselinus menceritakan, masalah itu terjadi pada 21 November 2018 lalu. Ia dihubungi lewat saluran telepon oleh seseorang yang mengaku atas nama Bambang Suryo. "BS sampaikan rencananya kami lolos berdua ke babak 16 besar. Lalu, saya tanya bagaimana caranya?" ungkapnya.
Jadi kami dan BS patungan masing-masing Rp 100 juta untuk memuluskan pertandingan kami di babak ini. Uang itu untuk menata perangkat pertandingan di babak ini. BS bilang Persik tak punya uang. Mereka hanya mengandalkan tim saja," tambahnya.
Marselinus Gabhe yang menukil rekaman percakapan tersebut, uang itu bakal diberikan kepada ADS dan sejumlah petinggi PSSI yang disebut-sebut dapat membantu memuluskan rencana jahat itu. "Uang itu nanti saya yang setor ke ADS dan Jokdri," ujarnya.
"Ternyata BS menjelaskan ADS itu Andi Darussalam dan Jokdri adalah Joko Driyono," lanjutnya.(*)
Sumber : UC News